Standar pengujian bahasa Inggris dalam pendidikan di Indonesia masih berorientasi pada tahap akhir masa belajar, tanpa memberikan perhatian khusus dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini di sebabkan Indonesia belum memiliki standar pengujian sendiri. Padahal standar pengujian itu penting untuk mencetak lulusan yang cakap dalam berbahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan diri dalam persaingan global.
Di era globalisasi, standar pengujian bahasa Inggris yang berkualitas menjadi kunci sukses di dunia kerja. Bahasa Inggris tidak cukup hanya dilihat sebagai subjek pendidikan, tetapi juga untuk meningkatkan kapasitas kemampuan diri seseorang.
 |
| Suasana pelatihan Bahasa Inggris |
Selama ini para guru hanya menilai siswa pada akhir masa belajar. Mereka lupa bahwa proses engujian penting di setiap tingkatan dalam proses pembelajaran sebagai tolok ukur kemampuan bahasa Inggris dari peserta didik.
Yang terjadi sekarang justru tes dilakukan di tahap akhir, tanpa ditahu prosesnya seperti apa. Dalam artian, tes bukan untuk mendapatkan informasi bagaimana memperbaiki kualitas kemampuan bahasa Inggris dari peserta didik, tetapi untuk melakukan judgment bahwa anak-anak belum mampu atau sudah mampu. Seharusnya guru sudah memiliki tujuan pembelajaran kemudian menyiapkan materi untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam proses belajar, guru perlu memotong-motong materi-mater itu sesuai standar kompetensinya dan melakukan pengujian. Sudah harus segera mungkin untuk mengembalikan proses assessment sebagai bagian dari proses pembelajaran agar peserta didik tidak menganggap bahasa Inggris hanya mata pelajaran untuk lulus tes, tetapi bagian dari penguatan life skill.
Misal kurikulum bahasa Inggris di SMK masih belum menyesuaikan kebutuhan dunia industri. Selama ini standar kompetensi mata pelajaran bahasa Inggris di SMK disamakan dengan SMA dimana kedua sekolah itu memiliki perbedaan dalam mencetak lulusan.
Kurikulum yang ada lebih banyak untuk kuliah, sedang kejuruan tujuannya kedunia industri, berarti yang diperlukan adalah percakapan dan penerapan. Tetapi selama ini kebanyakan reading. Jadi mereka buat skill berbicara masih kurang.
Masih banyak guru bahasa inggris di SMK yang kompetensinya masih rendah karena tidak ada keinginan meningkatkan keterampilannya. Bahkan, ada guru kejuruan yang juga sekaligus mengajarkan bahasa inggris. Padahal kemampuan bahasa inggris ini tidak sekadar bisa berkomunikasi, tetapi harus benar-benar mengerti dan paham teori dan praktiknya.
Bagi mahasiswa di politeknik pendidikan bahasa inggris merupakan ilmu pendukung di tiap-tiap program studi. Kendalanya waktu jam tatap muka untuk bahasa inggris sebagai mata kuliah pendukung di beberapa program studi sangat terbatas.
Indonesia memang belum memiliki standar kompetensi pendidikan bahasa inggris. Selama ini, pendidikan di Indonesia hanya berpanduan pada standar kompetensi TOEFL (Test of English as a foreign Language) dan IELTS (internasional English Language Testing System) . Sebetulnya kita mengikut standar internasional.
Oleh karena itu penting adanya standar pengujian di tiap tiap tingkatan pembelajaran bahasa inggris sehingga mempermudah anak didik dalam pemahaman. Hal ini juga perlu bantuan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam memasukkan standardisasi di tingkat pendidikan vokasi.
Indonesia harus memiliki standar pengujian sendiri di tiap-tiap tingkatan yang akan menjadi tangga untuk mencapai standar internasional akan lebih mudah. Kepentingan utama adalah standar itu penting untuk anak SMK agar memiliki daya saing global.
Kemristek dan dikti akan membangun sebuah pusat pengujian nasional untuk bahasa inggris. Tujuannya agar Indonesia memiliki standar tersendiri. Dengan adanya standardisasi maka Indonesia juga bisa sejajar dengan negara luar secara global karena akan ada validitas dan realibilitas.
