Pentingnya Pendidikan Kebencanaan Dimasukkan ke Semua Mata Pelajaran

Pendidikan mitigasi bencana hendaknya dimasukkan ke dalam semua mata pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, dan kebiasaan sehari-hari warga sekolah. Dalam penerapannya memang harus ada persepsi kolaboratif dan lintas disipliner di kalangan guru. Mitigasi bencana sendiri adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Pentingnya Pendidikan Kebencanaan Dimasukkan ke Semua Mata Pelajaran


Pendidikan sejatinya untuk memanusiakan manusia dan menyelamatkan manusia dari risiko bencana, baik bencana alam maupun bencana sosial. Mitigasi bencana merupakan pengetahuan yang harus dipahami oleh masyarakat Nusantara karena posisi Indonesia di Cincin Api. Terlebih, setiap wilayah memiliki jenis-jenis bencana yang spesifik.

Pendidikan mitigasi bencana bersifat lintas disipliner. Sebaiknya pendidikan mitigasi bencana tidak hanya dimasukkan ke dalam satu mata pelajaran saja karena berisiko ada jenjang pendidikan tertentu yang tidak mendapatkan pelajaran tersebut sehingga tidak memiliki pemahaman mitigasi bencana.

Penjelasan hubungan antara mata pelajaran yang diampu dengan mitigasi bencana. Misalnya, pelajaran mengenai urutan bilangan untuk kelas I SD. Mengurutkan bilangan adalah cara siswa belajar mengenai proses, logika, dan sebab akibat. Di dalam pelajaran bisa disisipkan kronologi proses dalam kehidupan sehari-hari, termasuk mitigasi bencana.

Siswa belajar urutan penebangan pohon secara sembarangan mengakibatkan air hujan tidak teresap dan terikat baik oleh tanah, Akibatnya, terjadi longsor dan banjir. Pada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat dibahas mengenai berbagai undang-undang yang mengamanatkan pelestarian lingkungan hidup, keadilan sosial, dan pemanfaatan sumber daya alam secara bertanggung jawab. Demikian pula pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Pertanyaan sederhana mengenai bahan-bahan pembuat rumah yang kemudian dilanjutkan dengan analisa cara menambang pasir atau pun mendapatkan batang kayu tanpa menimbulkan kerusakan permanen. Siswa dibiasakan mengerti proses terjadinya suatu peristiwa maupun produksi barang-barang yang lekat dengan kehidupan mereka sehari-hari.

Kurikulum merupakan semua aspek pendidikan. Tidak hanya buku teks, tetapi juga cara guru mengajar, dan segala kegiatan yang dilakukan di sekolah. Butuh kompetensi guru bisa mengajar secara kolaboratif, yaitu memahami inti sebuah fenomena dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari hari, juga mengerti atau setidaknya mengetahui persepsi ilmu-ilmu lain terkait fenomena itu.

Tantangan pengembangan kurikulum tematik dan sesuai dengan pembelajaran abad ke-21 ialah apabila masyarakat, terutama guru dan orang tua, masih terperangkap pada pandangan ilmu parsial. Persepsi ini mengasumsi bahwa setiap ilmu berdiri sendiri dan tidak saling terkait.

Pendidikan masyarakat mengenai perubahan pandangan terhadap bencana harus ditingkatkan. Di sisi lain, koordinasi antar setiap aspek pendidikan mulai dari tata ruang sekolah hingga kompetensi guru juga harus berkesinambungan.

Pentingnya Pendidikan Kebencanaan Dimasukkan ke Semua Mata Pelajaran
Para ahli geografi telah merekomendasikan rencana jangka pendek bagi pemerintah agar memperkenalkan materi geografi kepada semua jenjang pendidikan, mulai dari SD hingga SMP sederajat. Selama ini, geografi hanya diajarkan di SMA untuk jurusan IPS. Jurusan IPA dan Bahasa, siswa SMK tidak mendapatkan pengetahuan tersebut. Materi mitigasi kebencanaan sangat cocok dimasukkan ke dalam pelajaran di sekolah dasar. Misalnya di Aceh, materi mngenai smong (tsunami) diajar  melalui lagu-lagu di TK dan SD.

Materi IPS kelas VII ada materi tentang situasi sumber daya alam di Indonesia. Hal ini cocok digunakan membahas soal mitigasi bencana. Apalagi ditambah dengan ekstrakurikuler pramuka sejak SD. Termasuk ekstrakurikuler Palang Merah Remaja, Kelompok Ilmiah Remaja, dan pecinta alam di sekolah menengah.

Cara mengajar IPS dan geografi pun harus berubah total. Tidak sekadar menghafal nama-nama sungai, laut, gunung, dan danau di Indonesia, melainkan membahas risiko bencana apabila tidak ada mitigasi. Perlu juga mengetahui pendapat siswa mengenai pengamatan mereka terkait mitigasi bencana  di lingkungan sekitar serta intervensi yang bisa mereka lakukan.

Pada rencana jangka panjang secara formal memasukkan materi mitigasi kebencanaan yang terperinci ke dalam kurikulum. Proses ini perlu waktu dalam perumusannya.

logoblog
Previous Post
Posting Lebih Baru
Next Post
Posting Lama

Post a comment

Copyright © Manajemen Sekolah. All rights reserved.