China telah menjadi salah satu mitra dagang, inventor, dan pengirim turis terbesar di Indonesia. Mereka kini berharap bisa meningkatkan kerja sama dengan Indonesia di bidang pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Di era perdagangan jalur sutra maritim, posisi Indonesia sangat penting karena menjadi penghubung China dengan negara-negara di Barat. Hubungan antar dua negara saat ini semakin membaik, ditandai dengan peningkatan kerjasama di berbagai sektor (Xiao Qian, kompas.id/25.04/2018).
China saat ini menjadi mitra dagang terbesar Indonesia dengan nilai perdagangan sekitar 65 miliar dollar AS. China juga mengirim turis paling banyak ke Indonesia, utamanya ke Bali dan Sulawesi Utara. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal. China menduduki posisi ke 7 dari 10 negara yang berinvestasi di Indonesia periode 2012-2017 yakni dengan jumlah 5.365 dengan realisasi investasi 7,8 dollar AS.
Sedangkan realisasi investasi penanaman modal asing tahun 2017 dari China sebesar 3,4 milliar dollar (10,4 persen), menempati peringkat ketiga setelah Singapura sebesar 8,4 miliar dollar AS (26,2 persen) dan Jepang sebesar 5,0 milliar dollar AS (15,5 persen).
Selain kemajuan bidang ekonomi ini. pemerintah China berharap bisa meningkatkan kerja sama di bidang pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Saat China menjadikan pengembangan ilmu pengetahuan sebagai salah satu prioritas. China juga semakin terbuka bagi mahasiswa internasional, termasuk Indonesia. Ada sekitar 15.000 mahasiswa Indonesia belajar di China.
Jalinan kerja sama Indonesia dengan China di bidang pendidikan telah berlangsung sejak ratusan tahun yang lalu. Indonesia menjadi persinggahan dan tempat tinggal para sarjana China, sebelum belajar ke India. Pemerintah China berharap anak-anak muda yang mengikuti pertukaran pelajar Indonesia-China bisa meneruskan tradisi hubungan yang baik antar dua negara.
Dari provinsi yang terletak paling dekat dengan Indonesia inilah, pelayaran China ke Indonesia di masa lalu bermula. Salah satu pelayaran yang paling terkenal adalah yang dipimpin Laksamana Cheng Ho antara tahun 1405 hingga 1433.
Salah satu hal penting yang dipelajari mahasiswa dari Universitas Xiamen adalah tentang kuatnya peran masyarakat dan lembaga sipil di Indonesia, seperti Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI). Di China lembaga semacam ini tidak ditemukan . Selain perbedaan ini banyak persamaan salah satunya semangat dan kreativitas anak anak muda yang ditemukan di dua negara.
