Transformasi Makna Gerakan Literasi

Geliat gerakan literasi dari masyarakat untuk negeri terus menyebar. Awalnya, memang fokus untuk memastikan akses pada buku-buku berkualitas dapat dirasakan seluruh lapisan masyarakat dari kota hingga pelosok desa. Belakangan, gerakan literasi yang lahir dari inisiatif masyarakat mulai bertransformasi pada makna yang lebih luas lagi.

Semangat kerelawanan masyarakat dalam menggerakkan literasi bagi negeri, dihadirkan dalam peringatan Hari Buku Sedunia (23 April) yang ditetapkan UNESCO. Bagi pegiat literasi masyarakat yang terhimpun dalam Forum Taman Bacaan Masyarakat (TBM), gelora literasi juga ada dalam peringatan Hari Kartini (21 April) dan Hari Pendidikan Nasional (2 Mei).


Ketiga peringatan yang penting dalam skala dunia dan nasional tersebut sesungguhnya memiliki benang merah dalam mengukuhkan pentingnya literasi bagi umat manusia.Saat ini banyak relawan yang bergiat di bidang literasi, mulai dari membuka TBM, mobil keliling perpustakaan, perahu perpustakaan, hingga motor literasi.

Geliat literasi sudah semarak dilakukan pegiat literasi lewat TBM secara sukarela, jauh sebelum dikuatkannya kembali gerakan literasi sekolah dan gerakan literasi nasional.  Kehadiran ribuan TBM yang ada dikota hingga pelosok, sesungguhnya jadi kekuatan dimasyarakat yang bisa bersinergi dengan pemerintah dan pihak lain untuk memperkuat literasi nasional. Minat baca masyarakat yang dituding rendah, jadi pemicu bagi pegiat literasi untuk mendekatkan buku kemasyarakat.

Bukan minat baca yang jadi masalah, namun akses pada bahan bacaan yang membuat literasi dasar, yakni membaca dan menulis, tidak tumbuh dengan baik. Demi mendekatkan akses buku ke masyarakat, banyak pegiat yang membawa buku ke kampung-kampung. Ketika ada yang menggerakkan literasi, masyarakat akhirnya tertular. Inilah yang membuat gerakan literasi dari masyarakat menjalar, mulai dari yang sederhana yakni menyediakan buku bacaan.

Literasi menjadi bagian penting dari pendidikan. Semangat pendidikan dalam hardiknas membuat literasi tidak lagi hanya sekadar baca tulis, dan hitung, namun  fungsional untuk memberdayakan masyarakat. Tak heran, literasi dalam semua hal kini jadi kebutuhan dalam era informasi ini. Gerakan literasi kini juga jadi ajakan kepedulian untuk berbagi. Lewat pengiriman buku secara gratis di kantor Pos setiap tanggal 17 tiap bulan, ada kepedulian untuk membagikan buku-buku ke daerah.


Rendahnya kemampuan literasi Indonesia merupakan cerminan rendahnya budaya literasi di masyarakat. Pemerintah mengajak semua pihak agar bergerak bersama meningkatkan budaya baca generasi muda. Literasi tidak cukup dengan membaca 15 menit saja, literasi tidak hanya digerakkan melalui sekolah, tetapi juga di keluarga, dan masyarakat.

Kebiasaan membaca buku bersama dengan anak, atau mendongeng merupakan wujud konkret yang bisa dilakukan orang tua untuk menumbuhkan budaya literasi. Jangan sampai anak-anak bisa baca, tetapi tidak tahu, tidak paham apa yang dibacanya.

Peran kegiatan TBM serta pustakawan dipandang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan literasi generasi muda. Pemerintah berpesan agar para pegiat dan pustakawan tidak hanya memberikan pelayanan dalam mengantar buku bacaan ke anak-anak. Bantu juga agar anak-anak untuk paham dengan yang dibaca. Mereka juga dapat memberikan fasilitasi untuk diskusi yang mendorong pemahaman lebih mendalam.

logoblog
Previous Post
Posting Lebih Baru
Next Post
Posting Lama

Post a comment

Copyright © Manajemen Sekolah. All rights reserved.