Pengaruh Narasi di Media Dalam Membentuk Sikap Keagamaan Anak Muda

Hasil survei menunjukkan bahwa generasi milenial dan generasi z memiliki aktivitas digital yang tinggi terkait isu keagamaan. Hal ini membuat mereka rentan terhadap narasi konservatisme di media sosial. Masyarakat cenderung menjadikan media sosial, televisi, radio, dan siniar sebagai ruang untuk mencari pengetahuan tentang agama. Hal ini membuat semua pihak, termasuk negara, perlu lebih memperhatikan berbagai media, khususnya media sosial, karena memainkan peran penting dalam membentuk sikap keagamaan seseorang. Hal tersebut terangkum dalam hasil survei nasional tentang pengaruh media dalam proses beragama generasi muda Survei nasional yang dilakukan pada 13-22 Oktober 2021 dengan total 1.214 responden ini melihat empat media sekaligus, yakni media sosial, televisi, radio, dan siniar ( podcast). [1]

Survei nasional ini dilakukan karena sejumlah literatur telah menjelaskan bahwa media menjadi sarana strategis untuk menyebarkan keagamaan, termasuk paham konservatif. Namun, beberapa studi yang telah dilakukan baru membahas produsen dan narasi keagamaan yang terdapat di media. Studi dari PPIM UIN ini lebih spesifik melihat audiens atau konsumen dari narasi keagamaan di media. Survei ini juga melihat perbedaan narasi keagamaan antar-media dan usia konsumennya, terutama generasi muda dan tua [1]

Hasil survei menunjukkan televisi dan media sosial merupakan media yang paling sering digunakan untuk mengetahui informasi atau program keagamaan. Dari faktor usia, generasi muda (milenial dan generasi z) lebih sering mengakses informasi keagamaan dari media sosial dan siniar. Sementara generasi tua (boomer dan generasi x) mengakses informasi keagamaan dari radio dan televisi.

Pada aspek media sosial, 96,35 persen responden menjadikan WhatApp sebagai aplikasi atau platform untuk mencari pengetahuan agama. Salah satu pengetahuan dan informasi agama dari WhatsApp bersumber dari grup-grup yang dibuat masyarakat.

Adapun media sosial lainnya yang digunakan adalah Facebook (83,04 persen), YouTube (62,23 persen), Instagram (55,55 persen), telegram (28,61 persen), Tiktok (25,16 persen), Twitter (18,21 persen), dan Line (11,85 persen).

Berkaca dari hasil survei ini, generasi muda, khususnya generasi milenial dan generasi z, cenderung menjadikan media sosial sebagai sumber pengetahuan agamanya. Mereka juga paling aktif di media sosial dengan aktivitas, seperti menonton ceramah, memberikan respons suka/tidak suka ( like/dislike), berkomentar, dan membagikan tautan. [1]

Semakin tinggi tingkat religiositas individu, semakin sering pula dia memberikan like atau dislike, berbagi, dan menonton ceramah agama. Semakin individu merasa sebagai religious opinion leader atau sering ditanya tentang ilmu keagamaan, maka dia makin aktif di media sosial. [1]

Selain itu, hasil survei menunjukkan, generasi muda yang sering terpapar atau menonton media konservatif dan islamis akan memiliki tingkat konservatisme agama yang tinggi. Sebaliknya, tingkat konservatisme agama akan rendah bagi generasi milenial, x, dan z yang sering menonton atau mengakses media dengan informasi agama yang moderat.

Secara keseluruhan, hasil survei menyimpulkan bahwa generasi milenial dan generasi z memiliki aktivitas digital yang tinggi terkait isu keagamaan. Hal ini membuat mereka rentan terhadap narasi konservatisme di media sosial. Namun, peran media sosial hanya memfasilitasi pembentukan konservatisme tetapi tidak mempercepatnya.

Para peneliti dalam survei ini pun merekomendasikan kepada negara, kelompok masyarakat sipil, dan pihak terkait lainnya agar lebih memperhatikan berbagai ruang di media.

Hal itu disebabkan media berperan penting dalam membentuk sikap keagamaan seseorang. Salah satu upaya menekan konservatisme agama ini dapat dilakukan dengan menggencarkan narasi keagamaan yang moderat khususnya di media sosial.

Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang Diklat Kementerian Agama (Kemenag) juga telah melakukan riset tentang kualitas media daring dalam melakukan kontra narasi ekstremisme. Terdapat tiga cara menyikapi media daring ekstrem, yakni melakukan pemblokiran, penguatan literasi media, dan kontranarasi ekstremisme. Namun, langkah pemblokiran media daring ekstrem tidak sepenuhnya efektif. Sebab, media ekstrem lainnya kemungkinan akan tetap muncul setelah pemblokiran. Pendekatan literasi media kepada masyarakat juga dipandang membutuhkan upaya dan waktu yang sangat panjang. Oleh karena itu, upaya saat ini yang dinilai dapat menjadi solusi yaitu dengan penguatan media yang mengembangkan kontra narasi ekstremisme. [2]

Merespons hasil survei ini, Kominfo memiliki program percepatan transformasi digital. Masyarakat dari semua generasi dan golongan harus bisa mengakses teknologi digital sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan. Menyikapi dunia digital yang sangat kompleks, termasuk berperan dalam konservatisme agama, Kominfo tengah menyusun upaya untuk meningkatkan kecakapan berdigital masyarakat. Hal ini penting dilakukan karena pemerintah tidak mungkin memutus jaringan internet di wilayah yang mungkin terindikasi banyak konservatisme agama.[3]

Diakui bahwa penyampaian berbagai pesan pembangunan, kebaikan, dan moralitas dari pemerintah tidak sepenuhnya dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat. Sebab, hasil analisis menunjukkan penyampaian informasi dari pemerintah kerap ditolak atau diabaikan oleh publik. Secara komunikasi mungkin pesan dari pemerintah belum dikemas dan masih memakai model lama yang panjang dan tidak ada ilustrasi. Ini bisa menjadi catatan kritis agar hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang utuh, termasuk soal regulasi. [3]

------------------------

[1] Iim Halimatusadiyah (Koordinator Survei Nasional Media dan Agama PPIM UIN Jakarta) kompas.id/08/12/2021

[2[ Abdul Jamil (Peneliti Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagaman Kemenag) kompas.id/08/12/2021

[3] Widodo Muktiyo (Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Bidang Komunikasi) kompas.id/08/12/2021

logoblog
Previous Post
Posting Lebih Baru
Next Post
Posting Lama

Post a comment

Copyright © Manajemen Sekolah. All rights reserved.