Kemampuan Digital Perempuan Indonesia

Kefasihan digital kaum perempuan Indonesia masih memprihatingkan. Dari 26 negara, tingkat kefasihan kaum perempuan Indonesia berada di peringkat ke-25, setingkat diatas India. Padahal, kefasihan dibutuhkan guna membantu penyetaraan jender karena memberikan konektivitas dan aksesibilitas bagi perempuan. Kefasihan digital adalah cara seseorang untuk memanfaatkan teknologi untuk menjadi produktif. Misalnya bagaimana perempuan dapat menggunakan teknologi untuk terlibat dalam e-dagang.

Kemampuan digital perempuan di Indonesia
Pelatihan Teknologi Informasi untuk perempuan
 Tingkat kefasihan digital atau digital fluency perempuan Indonesia itu diperoleh dari penelitian yang dilakukan Accenture (sebuah perusahaan multinasional yang bergerak dibidang konsultasi manajemen, pelayanan teknologi dan juga outsourcing yang berkantor pusat di Irlandia)  tahun 2017. Peringkat kefasihan digital perempuan tertinggi diduduki oleh Amerika Serikat, Belanda, Australia, Nordik, dan Inggris. Empat negara yang menduduki peringkat terbawa adalah Meksiko, Filipina, Indonesia, dan India.

Penyebab rendahnya kefasihan digital kaum perempuan dinilai akibat mereka masih menggunakan teknologi dan produk digital sebagai konsumen. Perempuan, misalnya, hanya menggunakan media sosial untuk berinteraksi. Selain itu, kurikulum pendidikan Indonesia dinyatakan belum beradaptasi dalam era digital saat ini. Padahal kefasihan digital dapat membuat seseorang lebih berpengetahuan dan terkoneksi. Hal ini juga meningkatkan outcome mereka dalam pendidikan, pekerjaan, dan pemajuan.

Pemajuan perempuan yang dimaksud dalam konteks ini adalah peningkatan peran perempuan sebagai seorang pemimpin. Ketika perempuan menjadi pemimpin, ia akan proaktifdan berambisi dalam kariernya serta mampu membuat keputusan berdasarkan informasi yang dapat ia peroleh. Dengan demikian penyetaraan jender dapat terwujud dalam berbagai bidang, seperti pekerjaan, karena perempuan akan semakin berperan. Hal tersebut dapat terjadi karena kefasihan digital, strategi karier, dan penggunaan teknologi dapat mengurangi kesenjangan upah hingga 35 persen menurut penelitian Accenture tersebut.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan MacKinsey Global Institute tahun 2015, usaha bersama dikalangan sektor pemerintah, swasta, dan publik untuk mendorong kesetaraan jender berpotensi memberikan dampak ekonomi pada tahun 2025. Dampak tersebut berupa tambahan PDB senilai 12 triliun dollar AS secara global.

Semua negara menghadapi tantangan yang dihadapi dalam mendorong penyetaraan jender. Namun dipercaya akan muncul hal yang luarbiasa jika tantangan tersebut berhasil diatasi. Di Australia misalnya dulu sulit untuk mengakses internet di daerah terpencilsehingga diciptakan WI-FI. Lalu dijakarta sering macet sehingga muncul ojek daring. Terobosan baru selalu muncul ketika ada tantangan.

Pemerintah terus berupaya untuk mendorong penyetaraan jender. Saat ini jumlah penduduk perempuan hampir sama dengan laki-laki, yaitu 49,5 persen. Perempuan dan anak-anak harus diberdayakan agar pada tahun 2020-2040 kita dapat menikmati bonus demografi yaitu kondisi ketika jumlah penduduk usia produktif lebih banyak daripada nonproduktif., bukan sebaliknya bencana demografi.

Data Badan Pusat Statistik(BPS) per februari 2017 menunjukkan terdapat 131,55 juta orang  tersedia dalam pasar tenaga kerja. Tingkat partisipasi perempuan sekitar 55 persen, lebih rendah dibandingkan laki-laki 83,1 persen. Adapun dalam sektor formal, hanya 37,4 persen pekerja perempuan, dengan jumlah pekerja laki-laki 62,6 persen. Perempuan lulusan bidang sains, teknologi, teknik dan matematika (STTM) jarang bekerja sesuai dengan latar belakang akademik mereka. Kebanyakan mengambil pekerjaan di bidang manajemen atau administrasi.

Padahal wanita yang berlatang belakan STTM  dapat membantu bangsa berkompetisi dalam era revolusi digital 4.0 yaitu transformasi digital yang mengombinasikan kecerdasan buatan, data raksasa, komputasi awan, serba internet, robotik, dan cetak tiga dimensi. Semaking banyak banyak perempuan ang berkontribusi di bidang STTM akan memberikan variasi ide dalam menciptakan inovasi.

Perempuan membutuhkan toko perempuan yang dapat menjadi contoh sehingga mereka dapat terinspirasi menjadi lebih baik. Anak perempuan usia 11 tahun banyak yang tertarik di bidang STTM  tetapi mulai menurun pada usia 15 tahun. Hal tersebu terjadi karena citra dunia STTM yang hanya untuk laki-laki. Tokoh panutan perempuan dibutuhkan sehingga citra tersebut dapat berubah.

logoblog
Previous Post
Posting Lebih Baru
Next Post
Posting Lama

Post a comment

Copyright © Manajemen Sekolah. All rights reserved.