Pendidikan dan pelatihan bagi guru mengenai pembangunan berkelanjutan, terutama tentang lingkungan, bernilai strategis. Namun, materi lingkungan dan dampaknya bagi masa depan berkelanjutan masih minim disampaikan kepada guru. Padahal, guru punya peran mengajarkan soal lingkungan agar dapat memengaruhi kesadaran dan mengubah perilaku siswa terkait lingkungan.
Pada hari lingkungan sedunia 5 juni 2018 Tim Global Education Monitoring (GEM) menyoroti isu pentingnya menyiapkan para guru untuk mengajarkan soal dampak dari lingkungan. Sebab, guru yang memahami isu soal lingkungan akan mengajarkan siswa untuk menghormati lingkungan demi masa depan berkelanjutan. Dalam laporannya GEM tahun 2016, terdata baru delapan persen dari 66 negara yang disurvei, yang mengintegrasikan pembangunan berkelanjutan dalam pendidikan guru ditahun 2013. Jumlah ini meningkat hanya dua persen dari tahun 2005 [1].
Memantau pendidikan bagi guru ini dinilai penting karena dapat membantu penyiapan siswa untuk hidup dalam tantangan dunia yang terus berubah, terutama karena perilaku hidup manusia. Memperluas pendidikan berbasis lingkungan dan mengembangkan literasi keterampilan ekologi dapat membantu siswa untuk mendaur ulang, mengkonsumsi secara bertanggung jawab, hingga menghemat dan memperbaharui energi.
Upaya untuk menguatkan peran guru dalam pendidikan pembangunan berkelanjutan (education for sustainable development/EDS) sudah dilakukan oleh beberapa kalangan lewat program pendidikan dan pelatihan guru dengan membawa isu soal perubahan iklim untuk dikenali para guru.
Para guru dapat mengembangkan pembelajaran secara aktif dan kreatif pada siswa soal isu perubahan iklim, yang jadi salah satu hal penting di ESD. Salah satunya lewat pembelajaran sains. Sekolah punya peran yang penting juga untuk membangun kesadaran dan membentuk perilaku hidup siswa yang lebih ramah lingkungan, dimulai dari aksi hidup sehari-hari yang sederhana.
Sebagian besar sekolah-sekolah yang mengikuti sekolah Adiwiyata, Sekolah Hijau atau Sekolah ESD untuk pembelajaran sudah melaksanakan pengelolaan sampah, upaya hemat energi, dan pelestarian budidaya tanaman lokal. Masing-masing sekolah punya kekhasan sendiri sesuai kesepakatan atau potensi lokalnya.
Ada yang mengelolah bank sampah, menemukan energi alternatif seperti briket dari limbah-limbah lokal atau kewirausahaan tanaman lokal atau produk-produknya. Ada juga yang fokus kepada konservasi air, energi dan satwa lokal, bekerja sama dengan lembaga-lembaga tertentu. Sekolah lain dapat memahaminya lewat standar nasional pendidikan, manajemen berbasis sekolah, literasi, penguatan pendidikan karakter, dan sebagainya.
Namun bisa jadi para guru atau pihak sekolah tidak mengetahui bahwa itu adalah bagian dari EDS secara komprehenseif. EDS ini bertujuan untuk menyiapkan siswa berpartisipasi dalam menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi semua, baik dari sisi kualitas lingkungan, sosial dan ekonomi.
--------------------------------------
[1] kompas.id/07/06/2018