Keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai tri pusat pendidikan perlu berkolaborasi dalam menangkal radikalisme dan intoleransi yang menjadi ancaman besar bangsa ini. Peran tri pusat pendidikan yang sejalan ini membantu siswa memahami situasi yang terjadi dan mengembangkan sikap dan perilaku yang mampu menerima keberagaman dalam kehidupan bangsa.
Orangtua dapat membahas isu terorisme yang terjadi bersama anak. Dimulai dengan menanyakan apa yang mereka pahami. Dianjurkan pula agar orangtua menjauhkan anak dari paparan televisi dan media sosial yang menampilkan adegan atau gambar yang mengerikan bagi anak. Berikan rasa aman pada anak. Bangun kehidupan bersama sejak di rumah yang menghargai perbedaan dan keberagaman sehingga terbangun sikap toleransi dan menghargai sesama umat mausia.
Dalam memperkuat peran keluarga, biasakan orangtua jadi teladan bagi anak. Orang tua dapat menjadi teladan dalam menerima dan menghargai keragaman. Tragedi kemanusiaan akibat aksi terorisme di Surabaya juga menjadi pelajaran penting bagi semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan. Terutama kepala sekolah, penting untuk mewaspadai agar jangan sampai ada korban dari anak-anak yang masih punya masa depan. Kejadian ini akibat dari doktrin yang menyesatkan, terutama pengaruh dari gerakan radikal dan teror (Muhadjir Effendy/kompas.id/16/05/2018).
Lebih lanjut dihimbau agar sekolah dan orangtua dapat menguatkan hubungan satu sama lain, sebagai bagian dari tri pusat pendidikan dan penguatan pendidikan karakter (PPK). Sekolah sebaiknya punya data lengkap tentang hubungan antara siswa dengan orang tua, dan hubungan orang tua dengan sekolah.
Terbangunnya hubungan yang baik antara keluarga, sekolah, dan masyarakat, dapat membantu sebagai upaya pencegahan jika ada perilaku menyimpan , baik oleh siswa ataupun orangtua, bisa segera diketahui. Apapun alasannya, apapun keyakinannya, mengorbangkan anak adalah suatu yang sangat dilarang di dalam ajaran apapun agamanya (Muhadjir)