Matematika juga sangat penting untuk membentuk karakter rasional anak. Untuk itu, penting menjadikan anak senang dengan Matematika agar mereka mudah belajar. Mata pelajaran Matematika dinilai bisa menjadi pintu masuk pembentukan karakter percaya diri anak. Bagi murid sekolah dasar, mata pelajaran ini perlu diajarkan melalui metode yang menyenangkan.
Matematika bukan sekadar induk bagi semua mata pelajaran. Matematika adalah mata pelajaran yang mampu mengembangkan nalar dan logika anak. Matematika juga bisa membentuk kepercayaan diri. Beberapa perusahaan telah menyediakan bimbingan belajar termasuk Matematika. Salah satu perusahaan yaitu Benesse asal Jepang yang menyediakan bimbingan belajar bernama "Shinkenjuku".
Cara belajar yang menyenangkan tersebut bertujuan agar anak menjadi suka pada Matematika. Merujuk pada hasil survei Programme for Internasional Assessment (PISA) 2012, siswa di Indonesia memiliki peluang. Skor PISA 2012 menunjukkan, siswa Indonesia senang belajar di sekolah. Hanya saja, perlu pendekatan khusus agar mereka tidak sekadar senang, tetapi juga pintar.
Selama ini umumnya mengedepankan kemampuan berpikir siswa sesuai dengan tingkatan. Hasil bukan merupakan yang utama dalam pelajaran Matematika, melainkan proses dan konsep. Contohnya, banyak murid SD kelas II yang kesulitan mengeerjakan soal penjumlahansederhana meskipun sudah memahami caranya. Ternyata, para siswa tersebut kebanyakan belum memahami secara matang konsep bilangan puluhan.
Menurut informasi, di Jepang, anak-anak SD diajak memahami konsep tentang Matematika melalui komik dan buku bergambar. Kendati demikian, para siswa terlebih dahulu diberi kesempatan untuk mencari tahu lewat caranya masing-masing sebelum diajari guru. Misalnya, mereka diminta menghitung luas trapesium, benar atau salah. Dari situ, kemampuan berpikir secara kritis dan kepercayaan siswa bisa berkembang.
Matematika juga sangat penting untuk membentuk karakter rasionalitas anak. Untuk itu, penting menjadikan anak senang dengan Matematika agar mereka mudah belajar. Sayangnya, selama ini anak cenderung tahut pada pelajaran Matematika. Bukan karena faktor kesulitannya, melainkan karena guru yang mengajarkannya.
Agar penanaman karakter bisa optimal, pembelajaran Matematika perlu diintegrasikan dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan data Subdirektorat Kurikulum Direktorat Sekolah Dasar Direktorat Jenderal Pendidikan Usia Dini Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kemampuan Matematika anak di 148.805 SD memang masih perlu ditingkatkan.