Nilai Ujian Nasional Berbasis Komputer menurun apabila dibandingkan dengan tahun 2017. Perubahan moda ujian dari tulis ke komputer memengaruhi transparansi pemurnian capaian sehingga berkonsekwensi penurunan nilai. UNBK menampilkan capaian murni jauh dari suasana pendongrakan nilai. Pada UNBK SMA tahun 2018, terjadi pengoreksian nilai sebanyak 39,3 poin.
Hal ini tampak pada SMA yang tahun 2017 meraih skor UN berbasis kertas dan pensil 64,5. Ketika mengikuti UNBK, skor turun menjadi 25,52. Arinya, ketika masih melakukan UN berbasis tulis, kemungkinan sekolah melakukan pendongkrakan nilai. UNBK mampu meniadakan kecurangan-kecurangan seperti ini.
Untuk SMK terjadi pengoreksian skor sebanyak 24 poin. Pada sekolah-sekolah yang sudah melaksanakan UNBK sejak tahun 2017 tidak ada perubahan skor yang signifikan. UNBK diikuti 11.346 SMA dengan jumlah peserta mencapai 91.07 persen dari total kelas XII. Untuk SMK, sekolah yang mengikutinya ada 12.499, jumlah pesertanya setara 98 persen dari seluruh siswa kelas XII SMK.
Faktor kedua penurunan nilai adalah pengelompokan soal menjadi mudah, sedang, dan susah. Secara umum, soal-soal UNBK terdiri dari 30 persen pengetahuan suatu mata pelajaran, 60 persen cara penerapannya, dan 10 persen penalaran.
Untuk soal-soal yang membutuhkan penalaran tingkat tinggi memang membuat siswa kesulitan. Sebanyak 40 persen peserta UNBK memiliki kemampuan dibawah standar soal. Soal berisi materi yang harus diajarkan di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa capaian pendidikan di kelas masih jauh di bawah target minimun kurikulum.
Meskipun begitu, sisa 60 persen siswa mampu menjawab soal-soal berlevel mudah dan sedang. Bahkan, 10 persen dari total peserta UNBK SMA mampu meraih nilai di atas standar soal. Hasil UNBK digunakan untuk merancang perbaikan pada proses pendidikan penalaran dan aplikasi di kelas. Intervensi akan dirancang sesuai titik kelemahan tiap-tiap sekolah.
Oleh sebab itu tidak ada pemeringkatan sekolah berdasarkan hasil UN. Setiap sekolah memiliki masalah yang berbeda-beda. Ada yang butuh meningkatkan kapasitas guru, ada yang harus membangun sarana dan prasarana. Pelatihan guru akan semakin intensif mengajar soal cara mengembangkan penalaran siswa. Hal pertama yang harus dilakukan adalah membuka wawasan guru agar juga bisa berpikir kreatif dalam memahami materi pelajaran.
Soal-soal penalaran akan terus dikembangkan dan dibiasakan kepada siswa. Hal ini bertujuan agar siswa belajar dengan cara memahami, bukan dengan menghafal kisi-kisi, apalagi drilling ( hanya melatih rumus tertentu berulang-ulang sampai hafal). Kalau cuma menghapal dan drilling, kemampuan siswa berpikir tidak akan berkembang.
Penerapan pendidikan yang mengedepankan nalar, bukan hafalan, merupakan kunci mengajar ketertinggalan Indonesia dari negara-negara maju. Pemetaan akan terus dilakukan untuk melihat kapasitas aparat sekolah dalam memahami dan menerapkan metode tersebut.