Pendahuluan
Pernahkah kalian mendengar negara Singapura melakukan reklamasi untuk memperluas daratan? Reklamasi adalah alih fungsi lahan pantai menjadi daratan. Reklamasi tersebut disebut salah satu bentuk alih fungsi lahan yang disebut konversi lahan. Biasanya, mengubah area pertanian menjadi area dengan kegunaan lain, misalnya menjadi permukiman atau industri. Konversi lahan menjadi fenomena yang sering dijumpai di negara-negara ASEAN.
Tidak hanya dilakukan diluar negeri, reklamasi juga dan telah akan dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia. Beberapa contoh kawasan reklamasi di tanah air antara lain di teluk Jakarta, Pantai Mamuju, Denpasar, Manado, Semarang, Tangerang, dan juga di Makassar.
Proyek reklamasi dan revitalisasi di pantai utara Jakarta ditujukan untuk membangun kawasan tersebut menjadi daerah kawasan aktivitas bisnis, perekonomian maupun pemukiman. Dengan gagasan itu juga, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan beberapa perusahaan mitra kerjanya ingin menjadikan Jakarta sebagai “Water Front City”.
Kemudian, proyek reklamasi di pantai Mamuju, Sulawesi Barat. Mempercantik kota menjadi tujuan dari proyek reklamasi di lahan seluas 8,3 hektar ini. Jalan dua jalur akan dibangun di sekitar kawasan ini. Selain itu, fasilitas pelayanan publik juga akan dibangun. Dengan adanya pembangunan fasilitas publik ini, reklamasi diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi Mamuju. Contohnya adalah, proyek pembangunan pusat jajanan serba ada (pujasera), bisnis, perumahan, perkantoran, perbelanjaan, dan hotel.
Selanjutnya reklamasi di Denpasar, Bali. Reklamasi di lahan seluas 380 hektar ini bertujuan untuk menghubungkan gugusan pulau Serangan. Lalu, reklamasi pantai di kota Manado, Sulawesi Utara, kawasan ini akan dikembangkan sebagai kawasan fungsional dengan pola super blok dan mengarah pada terbentuknya Central Business District (CBD).
Konversi lahan pertanian sering terjadi di negara-negara ASEAN dengan laju pertumbuhan penduduk relatif tinggi, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Filipina. Konversi terjadi terutama di daerah pinggiran kota ataupun area persawahan yang letaknya berdekatan dengan fasilitas umum, seperti di dekat pasar. Konversi lahan pertanian bersifat menular, artinya ketika satu petak lahan telah dikonversi, lahan pertanian di sekitar petak tersebut juga rawan dikonversi. Hal ini berpengaruh terhadap kelangsungan kehidupan masyarakat di daerah tersebut.
a. Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri
Konversi lahan pertanian menjadi lahan industri banyak terjadi di negara-negara sedang berkembang, seperti negara-negara ASEAN. Konversi lahan pertanian menjadi lahan industri banyak terjadi di pinggir kota. Biasanya, pemilik perusahaan mendirikan industri di sana karena beberapa alasan, di antaranya sebagai berikut.
- Pembangunan industri lebih memilih lahan yang strategis. Sebagian besar lahan strategis tersebut merupakan lahan pertanian.
- Harga lahan pertanian relatif lebih murah dibandingkan dengan lahan terbangun.
- Pembangunan industri memilih akses yang lebih mudah.
- Industri dibangun dekat dengan bahan baku lahan pertanian menjadi pilihan yang baik
- Faktor sosial dan budaya hukum waris.
Penggunaan lahan dalam pembangunan industri memerlukan perhatian beberapa negara industri. Pasalnya, tidak semua industri yang akan atau sudah dibangun berada di lahan yang tepat dan tidak menempati lahan produktif seperti lahan pertanian. Berbagai masalah akan timbul akibat konversi lahan dari lahan pertanian menjadi industri, antara lain:
- Lahan pertanian berkurang, yang membuat produktivitas pangan dari pertanian menurun.
- Lahan pertanian sekitar industri berpotensi terkena imbas pencemaran akibat limbah atau polusi dari industri baik tanah, air, maupun udara.
- Konversi lahan itu menular, yang mengancam ketersediaan lahan pertanian.
b. Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Permukiman
Permukiman menjadi kebutuhan pokok manusia. Semakin banyak jumlah manusia, area permukiman yang dibutuhkan juga semakin luas. Kondisi ini terjadi juga di negara-negara anggota ASEAN. Konversi lahan pertanian menjadi permukiman marak dilakukan di negara-negara ASEAN.
Konversi lahan pertanian menjadi permukiman pasti akan menimbulkan dampak, sama seperti konversi lahan pertanian menjadi lahan industri. Biasanya, selalu berdampak negatif apabila dilihat dari sisi fungsi lahan pertanian itu sendiri. Adapun dampak negatifnya itu adalah sebagai berikut.
- Luas lahan pertanian semakin berkurang sehingga produktivitas pangan semakin kecil.
- Petani dan buruh tani kehilangan mata pencahariannya.
- Hilangnya lahan ruang terbuka hijau (RTH).
- Berkurangnya lahan resapan air.
Konversi lahan identik dengan perubahan kondisi ruang. Konversi lahan tidak dapat dicegah karena kebutuhan manusia akan ruang tidak dapat dihindari. Mencegah konversi lahan bisa jadi menghambat pembangunan suatu negara. Oleh karena itu, konversi lahan pertanian harus tetap terjadi. Meskipun demikian, kita harus mengawasi konversi lahan yang terjadi, jangan sampai mengganggu keseimbangan alam, ekosistem, dan kelangsungan hidup sebagian warga negara.
Rincian Kerja
- Baca pendahuluan diatas !
- Perhatikan foto/gambar lahan pertanian diatas !
- Diskusikan dengan anggota kelompokmu mengenai gambar 1, 2 dan 3, 4 !
- Paparkan hasil diskusi kelompokmu tentang apa yang terjadi pada ke dua kelompok gambar/foto tersebut dan apa dampaknya !
- Sebutkan apa yang dimaksud dengan konversi lahan !
- Jelaskan sesuai dengan pendapatmu apa yang terjadi pada gambar 1, 2 dan 3, 4 !
- Sebutkan masing-masing 3 dampak atau masalah akibat konversi lahan pertanian menjadi lahan industri dan pemukiman !