Ujian Nasional dan Keterampilan Berpikir HOTS

Penyajian soal ujian nasional jenjang SMA dan sederajat tahun pelajaran 2017/2018 terindikasi sulit dipahami oleh siswa karena materinya belum pernah diajarkan di kelas. Selain itu, sejumlah soal ujian tidak sesuai dengan kisi-kisi ujian nasional yang diberikan kepada sekolah. Akibatnya, soal ujian nasional dikeluhkan tidak dikenali dan sulit dikerjakan. Keluhan yang menonjol adalah soal matematika di Ujian Nasional Berbasis Komputer 2018 (Kompas.id, 16/04/2018).

Ujian Nasional dan keterampilan berpikir HOTS
Keterampilan berpikir HOTS dalam UNBK
Banyak siswa mengeluhkan soal matematika UNBK yang dirasakan sukar. Soal tersebut sangat jauh berbeda jauh dari try out sebelumnya. Beberapa soal yang diujiankan belum dipelajari misalnya contangen dan matriks pecahan. Juga ada soal yang jawabannya salah. Kalimat penjelasan dalam soal juga kurang.

Soal di UN juga mulai banyak tipe high order thinking skills (HOTS) yang menuntut kemampuan bernalar yang baik. Padahal, faktanya, saat ini siswa masih berpikir di level tingkat rendah (lower order thinking skill),  sebagaimana ditunjukkan dalam berbagai ujian internasional, seperti The Programme for International Student Assessment (PISA) dan Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS).

Keterampilan berpikir HOTS tersebut mestinya bukan dititikberatkan di akhir pembelajaran siswa di soal ujian nasional. Sebaiknya berpikir tingkat tinggi itu lebih ditunjukkan dalam proses pembelajaran selama tiga tahun itu. Menguji seorang anak dengan soal yang tidak pernah diajarkan adalah bentuk ketidakadilan.

HOTS merupakan keterampilan perpikir yang harus terus-menerus dilatih sejak pendidikan dasar, bahkan usia dini. Penguasaan keterampilan menalar dan membuat siswa kreatif hingga mampu menemukan solusi dengan memakai bidang ilmu yang dipelajarinya merupakan sebuah proses, tidak bisa instan.  Hal ini harus dimulai dari pembelajaran, bukan sekadar di ujian, termasuk ujian nasional.

Pembelajaran HOTS menuntut para guru yang mampu meyakinkan siswa bahwa materi yang dipelajari berguna untuk kehidupan sehari-hari. Penguasaan konsep/teori bukan hanya dihafalkan. Tapi dibawa untuk mampu diaplikasikan dalam hal-hal sederhana hingga rumit. Pembuat kebijakan harus bisa merumuskan pembelajaran HOTS yang mampu dikembangkan para guru. Jadi bukan hanya menguji HOTS di UN saja.

Jika ingin para siswa kita berpikir pada level HOTS, guru harus menampilkan proses pemebelajaran yang HOTS pula di dalam kelas (sekolah). Percuma saja soal-soal ujiannya di level tinggi, tetapi proses pembelajaran siswa tidak pernah menyentuh kemampuan berpikir kritis, evaluatif, dan kreatif.

Fakta di ruang-ruang kelas selama ini, ketika menjelang UN, para guru dan siswa hanya fokus men-drill soal-soal UN tahun-tahun sebelumnya, try out beberapa kali yang diselenggarakan sekolah dan Dinas Pendidikan setempat siswa dilatih untuk mampu menjawab soal-soal secara cepat dan tepat.

Masih terlalu dini untuk menyimpulkan soal-soal ujian nasional bermasalah, termasuk ketika soal HOTS diberikan. Semua masih dugaan-dugaan. Analisis hasil UN bisa dicari indikasinya. Mengenai komposisi soal UN dengan tipe HOTS belum ada perubahan signifikan. Soal-soal penalaran tetap empat atau lima soal. Selain itu, kisi-kisi UN dibuat generik, tidak mengarah ke bentuk soal tertentu. Strategi ini menuntut guru dan siswa mengedepankan pemahaman konsep dalam pembelajaran. Agar sekolah tidak terjebak dalam proses drilling menelaah UN.

Tiap tahun Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud mendistribusikan hasil analisis UN yang bisa digunakan untuk refleksi dan perbaikan. Diagnostik persekolah, mata pelajaran, bahkan lingkup materi, sudah ada. Hasil diagnostik bisa menjadi dasar perbaikan Assessment for leraning atau tes untuk perbaikan proses pembelajaran.



logoblog
Previous Post
Posting Lebih Baru
Next Post
Posting Lama

Post a comment

Copyright © Manajemen Sekolah. All rights reserved.